Tentang Belajar-Aqidah

Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan berlaku di alam semesta ini, inti pokok dari Islam adalah Aqidah. tetapi saat ini fenomena yang ada kebanyakan dari umat Islam sendiri jarang yang mengenal Aqidahnya sendiri yang harus dia yakini dan pegang erat hingga ajal dan nantinya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Rabb-nya Allah azza wa jalla. Oleh karena itu, dalam blog ini insya Allah akan di isi dengan Aqidah Islam yang shahih sesuai dengan apa yang di ajarkan Rosulullah kepada para murid-murid beliau yaitu Shahabat Radliaallahu 'anhum ajmain. bukan Aqidah yang dibuat-buat oleh generasi sesudahnya yang menyimpang dari ajaran Nabi Shallallahu'alaihi wa salam. artikel-artikel tersebut kami ambil dari berbagai sumber yang shahih insya Allah dan bukan atas tulisan kami sendiri. kami bukan ustadz, kami hanyalah penuntut ilmu, oleh karena itu adalah sebuah adab bagi kami untuk merujuk segala sesuatu kepada sumbernya yaitu para 'ulama.

Beribadah Karena Mengharap Surga Merusak Keikhlasan??!!

Jumat, 01 Maret 2013

Ada beberapa perkara yang disangka oleh sebagian orang merusak keikhlasan, akan tetapi ternyata tidak merusak keikhlasan. Perkara-perkara tersebut adalah :

Pertama : Beramal dalam rangka mencari surga.

Sebagian orang terlalu berlebihan dan salah faham tentang keikhlasan. Orang yang beramal sholeh karena mencari surga dinamakan oleh Robi'ah al-'Adawiyah dengan "Pekerja yang buruk". Ia berkata:

مَا عَبَدْتُهُ خَوْفًا مِنْ نَارِهِ وَلاَ حُبًّا فِي جَنَّتِهِ فَأَكُوْنَ كَأَجِيْرِ السُّوْءِ، بَلْ عَبَدْتُهُ حُبًّا لَهُ وَشَوْقًا إِلَيهِ

"Aku tidaklah menyembahNya karena takut neraka, dan tidak pula karena berharap surgaNya sehingga aku seperti pekerja yang buruk. Akan tetapi aku menyembahNya karena kecintaan dan kerinduan kepadaNya" (Ihyaa' Uluum ad-Diin 4/310)


Demikian juga Al-Gozali mensifati orang yang seperti ini dengan orang yang ablah (dungu). Ia barkata,

فَالْعَامِلُ ِلأَجْلِ الْجَنَّةِ عَامِلٌ لِبَطْنِهِ وَفَرْجِهِ كَالْأَجِيْرِ السُّوْءِ وَدَرَجَتُهُ دَرَجَةُ الْبَلَهِ وَإِنَّهُ لَيَنَالُهَا بِعَمَلِهِ إِذْ أَكْثَرُ أَهْلِ الْجَنَّةِ الْبَلَهُ وَأَمَّا عِبَادَةُ ذَوِي الْأَلْبَابِ فَإِنَّهَا لاَ تُجَاوِزُ ذِكْرَ اللهِ تَعَالَى وَالْفِكْرِ فِيْهِ لِجَمَالِهِ ... وَهَؤُلاَءِ أَرْفَعُ دَرَجَةً مِنَ الْاِلْتِفَاتِ إِلَى الْمَنْكُوْحِ وَالْمَطْعُوْمِ فِي الْجَنَّةِ

"Seseorang yang beramal karena surga maka ia adalah seorang yang beramal karena perut dan kemaluannya, seperti pekerja yang buruk. Dan derajatnya adalah derajat al-balah (orang dungu), dan sesungguhnya ia meraih surga dengan amalannya, karena kebanyakan penduduk surga adalah orang dungu. Adapun ibadah orang-orang ulil albab (yang cerdas) maka tidaklah melewati dzikir kepada Allah dan memikirkan tentang keindahanNya….maka mereka lebih tinggi derajatnya dari pada derajatnya orang-orang yang mengharapkan bidadari dan makanan di surga" (Ihyaa Uluumid Diin 3/375)

          Tentunya ini adalah pendapat yang keliru. Bisa ditinjau dari beberapa sisi: